Populer Post

Minggu, 11 September 2016

LightParty chapter2

         “UH...” Ku buka mataku yang masih terasa berat dengan paksa. Kulihat cahaya matahari yang sudah berhasil melewati tirai berwarna biru yang menutup jendela kamarku. Jendela kamarku tidak sepenuhnya terbuat dari kayu yang tanpa ada lubang. Jendela kamarku khusus kurancang agar memiliki beberapa pola lubang agar udara bisa keluar masuk. Dan lagipula kamarku berada di bagian atas atau yang biasa dilihat sebagai atap. Jadi kurasa tidak perlu seperti jendela dibawah yang menutupi rumahku.

          “Hoammm...” aku menguap cukup lebar. “Kurasa sekarang waktunya untuk mandi dan bersiap siap” aku berkata kepada diriku sendiri seraya bangun dari tempat tidurku dan bergegas menuju kamar mandi. Setelah mandi dan berpakaian, aku menuju ruang makan dan mengambil roti dan ikan yang kemarin ku beli lebih. Sambil mengunyah makananku, aku mengatur jadwal kegiatanku hari ini. “karena kemarin aku telah mempelajari skill Paralyze bolt dari kakak sekaligus masterku.Dan kurasa kakak juga belum pulang. Jadi sebaiknya aku langsung pergi untuk hunting lagi sampai sore dan di sore hari aku pulang seperti biasanya...hm...pendek sekali jadwalku hari ini, mungkin karena tidak adanya rapat antar cleric pemula sepertiku.” Teringat olehku kakakku yang setiap harinya sibuk menerima rapat dan quest dari berbagai macam orang. Sehingga jadwalnya cukup padat. Bahkan dia harus melatih cleric pemula beberapa skill hingga semua skill dasar cleric bisa dikuasai oleh cleric pemula dengan baik. Yah, walaupun begitu kakak terlihat sangat senang tiap hari.
Aku pun bergegas untuk pergi hunting, namun sebelum itu aku menuju ke blacksmith Berlin untuk mengambil perlengkapanku yang sudah di perbaiki olehnya.
“Hi, Paman Berlin. Apakah perlengkapanku telah selesai diperbaiki?” Tanyaku
sambil berkililing melihat-lihat baju pelindung dan perisai yang tergantung di dinding.
“Ya, sudah” Berlin memberikan kepadaku perlengkapanku yang telah dipoleh bersih dan di perbaiki.
“Terima kasih”
“Semoga beruntung petualang muda” Berlin kembali menempa pedang di perapiannya. Semoga pedang yang ditempanya kali ini tidak hancur. 
“tang...tangg.” suara palu berlin beradu dengan besi panas saat ku memakai kembali perlengkapanku. “Hei, petualang muda.” Berlin selalu memanggil semua petualang begitu, tapi dia bisa ingat wajah dan perlengkapannya, bagiku itu masih sebuah misteri. Bahkan tidak ada perlengkapan yang tertukar.
Di dalam perjalanan menuju gerbang Mana ridge, aku melihat Pak Jackin bersama-sama sapinya. Pak Jackin adalah penggembala sapi yang baik, beliau telah beberapa kali membantu kami saat kami masih belum bisa menghasilkan uang sendiri.
“Hai. Pak Jackin. Apakah anda sehat selalu?” sapaku sambil menundukan kepala dan meletakkan tangan kananku di dada, memberi hormat ala cleric.
Dia menghentikan rombongan sapinya dan memperhatikanku“Ho....Ternyata itu kamu qucas. Sekarang kamu sudah besar dan berotot.”Wajahnya yang agak tua tersenyum hangat, membuatku tenang. ”Hahaha....tenang saja aku selalu sehat”Pak Jackin tertawa. Walau suara tawa Pak Jackin agak aneh, kayak seperti suara orang batuk, tapi kurasa itu adalah tawa yang tulus. “Bagaimana kabar kamu,nak?”
“Saya juga baik-baik saja”
“Sepertinya Jake selalu tidak pulang akhir-akhir ini”
“Kemarin Jake pulang sebentar, walau dia kembali pergi saat malam tiba” Aku pun berpikir, Jake memang biasanya sibuk tapi ia tidak pernah tidur diluar. Memang akhir-akhir ini dia tidur diluar. Tapi kira-kira apa ya? Yang membuat Jake tidur di luar.
“Oh....Kalau begitu titip salam buat Jake. Sekarang aku mau membawa sapi-sapi ini ke padang rumput. Agak sulit mencari rumput sekarang, sebentar lagi musim dingin akan tiba” Pak Jackin kemudian berlalu dan menghilang di kejauhan. Saat melihatnya menjauh aku teringat sesuatu,”Waduh aku lupa kalau aku akan berparty dengan Marpaz. Ini sudahagak siang. Kuharap dia masih menunggu” Aku segera berlari menuju tempat yang dia bilang kemarin.
Oh....Kalau begitu titip salam buat Jake. Sekarang aku mau membawa sapi-sapi ini ke padang rumput. Agak sulit mencari rumput sekarang, sebentar lagi musim dingin akan tiba” Pak Jackin kemudian berlalu dan menghilang di kejauhan. Saat melihatnya menjauh aku teringat sesuatu,”Waduh aku lupa kalau aku akan berparty dengan Marpaz. Ini sudahagak siang. Kuharap dia masih menunggu” Aku segera berlari menuju tempat yang dia bilang kemarin.
“Hiat!!..” Suara Marpaz terdengar olehku. Ada apa ini seharusnya tidak ada monster yang berada terlalu dekat dengan gerbang,pikirku. Aku mempercepat lariku dan di belokan aku melihat Marpaz sedang berjuang keras untuk mengalahkan minotaur.Aku tercengang dan berhenti,”Kenapa bisa ada minotaur disekitar sini?”tanyaku pada diriku sendiri.”Biasanya minotaur tinggal di hutan bagian dalam”Aku sedikit ketakutan.minotaur adalah monster seperti banteng yang berdiri seperti manusia. Minotaur tersebut memegang kapak yang berukuran sekitar 2 meter dan Minotaur tersebut tingginya 2 kali dari tinggi Marpaz. 
Destruction swing!” Marpaz mengeluarkan skill dan berhasil mengores badan minotaur tersebut. Minotaur itu berhenti menyerang sebentar, dan marpaz menggunakan kesempatan itu untuk menggunakan skillnya yang lain. “Bagus ayo serang dia marpaz” sorakku dalam hati.
“Huargghh....”Minotaur berteriak dan menguncangkan daerah sekitarnya. Marpaz terdorong dan skillnya terbatal. Saat marpaz terdorong minotaur itu maju dan menabraknya. “uagh...”Marpaz terpental jauh dan minotaur itu masih mengejarnya. Aku pun segera bergegas mengejarnya dan berpikir untuk segera membantu marpaz. “Blok!!” 
“Trangg!!!” Kapak yang diayunkan minotaur itu tepat ku tahan saat hendak memotong Marpaz yang kini terbaring pingsan. “Argh....!!!” Minotaur itu berteriak keras hingga menguncangkan tanah di sekitarnya dan mendorong aku mundur beberapa langkah ke belakang. Marpaz yang pingsan juga terdorong ke belakang. Minotaur itu kemudian maju lagi dan mengayunkan kapaknya kepadaku. “Blok....blok....blok....!” semua serangan minotaur itu berhasil ku blok. “Hehehe....ayo kemari” aku memancingnya agar menjauh dari posisi marpaz. Kuharap marpaz segera sadar sehingga aku dapat melarikan diri.Tetapi minotaur itu tetap dia ditempat, Minotaur itu bertambah marah dan mengambil ancang-ancang, firasatku buruk tentang ini. Tapi aku tetap mengambil posisi untuk mengeblok serangannya kali ini. Saat kulihat minotaur itu mulai mengayunkan kapaknya lagi, aku segera mengangkat perisaiku dan tepat berada didepat dada. “ Trang....” Perisaiku terpental lepas dari tanganku. “Argh!!” tubuhku juga terpental jauh kebelakang dan terguling-guling hingga berhenti.
          “Ugh...” Ku mengengam tanga kiri ku yg kini mati rasa. Aku segera bangkit dan menggunakan skill, paling tidak untuk mengentikan gerakannya sementara. “Paralyze bolt!” Ngingg....bola chaya keluar dari tngan kananku dan bola chaya itu mengenai minotaur itu dan mengikatnya. “Hoahhh!!!” Minotaur itu berteriak sambil mengoncangkan tubuhnya. Aku memanfaatkan kesempatan itu untuk lari ke arah marpaz dan mengangkutnya. Tapi saat aku hendak lari bersama marpaz, ikatan chaya itu hancur oleh kekuatan minotaur tersebut. “Cih...sialan” kataku sambil berlari lagi. “paralyze bolt!” aku menembakan lagi bola chaya untuk mengikat minotaur tersebut, tapi bola chaya itu hancur ketika mengenai tubuh minotaur tersebut. “Apa!”
        “Uargh....” tinjuan minotaur itu mengenai dadaku. “hah...hah...uhukk..uhukk..” dadaku terasa sesak dan kurasa saat ini ku tak sanggup berdiri lagi. Kulihat minotaur itu maju secara perlahan dan terlihat senyum menjijikan di wajahnya. Tapi saat dia hendak lebih dekat denganku lagi, tiba-tiba terbuka portal yang berbentuk oval dan di dalamnya keluar seseorang berjubah merah dan menggunakan topeng yang terbuat dari tulang goblin hitam. 
         “Sudah cukup. Tidak pantas menunjukkan kemampuanmu pada mereka” orang itu menghentikan minotaur itu, tetapi sepertinya minotaur itu tidak mau mendengarkannya dan terus maju.
         “Dia memanggilmu” kata orang itu lagi. Dan seketika itu juga berhentilah minotaur itu dan bergerak mundur menuju orang tersebut. “Sekarang kita pergi” Portal yang sama kini terbuka kembali dengan ukuran yang lebih besar. Mereka masuk kedalamnya dan menghilang.
“Fiuh....akhirnya mereka pergi...urgh” kesadaranku mulai menghilang dan kini semua menjadi gelap.
Aku bangun dan melihat sekitarku, banyak sekali goblin. Aku hendak mengangkat senjataku dan melawannya, tapi kulihat marpaz yang pingsan kini sudah tercabik-cabik. Dan aku pun melihat tubuhku yang kini tinggal tulang kering....”Arhhhhhh!!!”
“hah..hah...” ku buka kembali mataku dan melihat sekelilingku,dan yang kulihat adalah sebuah kamar sederhana dan aku kini terbaring di salah satu ranjang dengan tubuhku yang telah diobati dan diperban. Dan di sebrang ranjang ku, aku melihat marpaz yang kini sudah diperban juga. “Lalu datanglah seorang perempuan dan ia melihatku telah bangun. Perempuan tersebut memiliki rambut berwarna merah, matanya coklat kemerahan dan kira-kira berumur 18 tahunan.
“Wah....kamu sudah bangun” dia mendekat dan menatap perban di tangan kiriku. “Lukamu masih sakit?” 
“Kurasa tidak sesakit tadi” aku mencoba menggerakan tangan kiriku. “Terima kasih telah menolong kami.”
Dia tersenyum ,”Kurasa ini bukan apa-apa. OH...iya, perkenalkan namaku Rose putri kepala desa Pairie. Dan namamu siapa wahai anggota partynya marpaz.”
“Namaku ascout” aku berusaha untuk duduk dan bersender pada dinding di belakangku. “dan apakah kamu kenalan marpaz?”
“hahaha....siapa sih yang gak kenal warrior yang selalu ceria dan semangat itu? Bahkan mungkin semua orang di desa ini kenal dengannya.” Rose tertawa hingga memegang perutnya. 
Aku pun ikut tertawa melihatnya, “ iya sih bener juga...hahaha” ku berusaha agar tawaku tidak begitu besar.
“Tapi mengapa kalian bisa terluka parah seperti ini?”Wajah rose tampak khawatir. “ Jarang sekali aku melihat marpaz bisa terluka parah seperti ini. Monster apakah yang menyerangnya”
Aku pun teringat kembali tentang mimpi yang ku alami tadi, tpi cepat-cepat ku usir dari kepalaku. 
“Tadi pagi aku pergi ketempat kami janjian untuk berkumpul dan membentuk party. Tapi ketika aku sampai, ku sudah melihat marpaz bertarung melawan minotaur. Aku juga membantunya tapi minotaur itu begitu kuat hingga kami ber2tidak sanggup melawannya. Dan minotaur itu menghilang bersama dengan seseorang yang mengenakan jubah merah dan topeng goblin hitam”
“Hah? Apakah benar ada minotaur di dekat sini? Bagaimana bisa? Bukannya minotaur itu tinggal di dalam hutan dan tidak berada di dekat sini.” Rose tampak panik mendengarnya.
“Itulah juga yang ingin ku ketahui” Aku juga berpikiran hal yang sama dengan rose.
“Kurasa ku harus membicarakan hal ini dengan ayahku. Kamu istirahatlah ascout”Rose segera pergi keluar kamar dengan terburu-buru.
Aku kembali berbaring dan kembali menutup mataku.
              Saat ku buka mataku kembali kini jendela telah tertutup dan suasana agak gelap. Mungkin sudah malam pikirku. Kulihat marpaz di ranjang sebelah juga telah bangun dan duduk di ranjangnya sambil melepaskan perban di kepala dan tubuhnya. Kurasa ia kini telah sembuh total karena ramuan penyembuh yang kurasa diberikan rose, sebab ku lihat adanya bekas botol ramuan penyembuh tersebut diatas meja yang memisahkan ranjang kami.
“Hai marpaz. Selamat malam apakah tidurmu nyenyak” kataku sambil berusaha duduk, dan aku juga merasa tubuhku sudah sehat kembali.
“Yoi. Selamat malam juga. Tidurku kurang nyenyak karena tidak bisa menang melawan minotaur tersebut” Dia kelihatan agak kesal tapi kurasa ia juga bersyukur karena masih hidup.
“Sialan, kuat sekali minotaur itu.” Kini dia marah-marah. Marahnya seperti anak kecil, dia berdiri dan meloncat loncat, hampir saja aku tertawa melihatnya. Seketika itu juga masuklah rose ke kamar.
          “Wah ternyata kalian sudah bangun. “ Rose kelihatan senang “kalau kalian mau makan maka pergilah ke ruang makan segera. Sebab jam makan telah tiba.”
Yap....aku juga sudah merasakan perutku sudah menyanyikan lagu kebangsaan saint haven jadi aku memutuskan untuk pergi begitu juga marpaz yang kini telah tenang.
Sesampainya di ruang makan kami disambut hangat oleh kepala desa.
“Hohoho......gimana keadaan kalian sekarang, petualang muda. Apakah kalian sudah baikkan?” Pak kepala desa berkata sambil memainkan kumisnya yang panjang.
            “Terima kasih Pak Kepala desa, sekarang kami sudah baikan” Aku menjawabnya seraya menundukkan kepala memberi hormat.
            “Ya. Kami sudah baikkan, maaf sudah merepotkan” marpaz berkata sambil tangan yang kiri memegang bahu tangan kanannya.
“Baguslah kalau begitu” pak kepala desa mengangguk-anggukan kepalanya. “Sekarang ayo duduk dulu. Kita makan bersama-sama” 
Kami pun segera duduk di tempat yang telah disediakan bagi kami. Ruang makan ini tidak begitu sempit juga tidak begitu lebar. meja makan dan kursi ini terbuat dari pohon yang berbentuk bulatan sempurna yang dipotong dan di olah. 
“Rose!!Lily!...kemarilah! Ayo kita makan bersama” 
“Baiklah ayah” Rose menyahut.
“Aku datang kakek” terdengar suara anak kecil juga menyahut.
Tak lama kemudian datanglah rose beserta seorang anak kecil berkuncir 2 dan warna rambutnya pirang. Anak itu terlihat menggemaskan. Saat semua sudah duduk, kami pun makan dengan tenang.
“ah~......aku kenyang. Terima kasih makanannya”, Marpaz berkata sambil mengosok-gosok perutnya.
“Terima kasih atas makanannya”,aku menyahut juga.
Kepala desa dan rose hanya tersenyum menanggapi kami. Kemudian anak kecil tersebut mengambil piring yang kotor dan membawanya ke dapur, rose juga mengikuti anak kecil tersebut.
Aku mengambil gelas dan meminumnya. “Bagaimana pendapatmu wahai cleric tentang cucuku rose”tiba-tiba saja kepala desa bertanya kepadaku. Aku yang sedang minum jadi tersedak dan terbatuk-batuk.
“eh....eh...hm...ku rasa di wanita yang cantik dengan rambut merahnya” jawabku terbata-bata.
“Hohoho.....kamu punya mata yang bagus nak” Kepala desa tertawa sambil memainkan janggutnya.
“Jadi, aku ingin bertanya sekali lagi. Apakah benar minotaur yang menyerang kalian?”
Ku lihat ke arah marpaz dan dia menggangguk. “Ya...”
“Granggggg....druakkk” seperti suara dinding yang roboh. Kami pun segera berdiri.
“Kyaa....” terdengar suara rose dan lily yang berteriak histeris. Aku dan marpaz segera mengambil senjata utama kami dan menuju dapur tempat lily dan rose berada sedangkan kepala desa segera menuju ke dapur dahulu.
Saat kami tiba, rose sudah dicengkram oleh manusia perempuan burung atau yang disebut Harpie.
Kami segera berlari keluar untuk mengejar harpie yang menculik rose. Marpaz dengan lincah berlari diantara akar-akar pohon dan mendahuluiku. “Maaf tapi aku duluan dulu ya?”Marpaz berteriak dan kemudian menambah kecepatannya. “Oke”jawabku cepat sambil berusaha untuk menambah kecepatan lariku. Sesaat setelah Marpaz hilang di balik pohon besar, terdengar suara angin yang keras. Kemudian ku lihat Marpaz terpental mundur lagi dan terguling-guling hingga berhenti tepat di depan ku. Aku berhenti dan segera melihat kondisinya,”Hei, kamu baik-baik saja?”.
“Ugh...lumayan”,kata Marpaz seraya berdiri.”Aku tidak menyangka akan disediakan kejutan di depan sana”
Tak lama kemudian di balik pohon itu juga muncul 3 harpie berwarna hitam. “Maaf, tapi kalian akan kami akhiri disini”, kata harpie yang berada ditengah.

“Maaf saja, perjalananku baru akan dimulai”kata Marpaz sambil mengambil kuda-kuda untuk menyerang. “Impact wave”, muncul semacam gelombang ledakan dari tanah. Tapi itu terlihat tidak akan mengenai para harpie yang agak jauh. “hihihi....serangan semacam itu tidak akan sampai kemari”, ketiga harpie itu tertawa dan mulai mendekat saat ledakan itu selesai. Druak, muncul gelombang kedua tepat di depan harpie tersebut. “Huh...kata siapa tidak sampai”, kata marpaz masih di dalam posisinya. “sialan”,harpie tersebut mencoba mundur tapi muncul lagi ledakan gelombang ketiga dan mengenai salah satu harpie tersebut. “Argh....cakarku!”,Harpie yang terkena gelombang ledakan itu mengerang dan terbang lebih tinggi. Sebelum harpie itu terbang lebih tinggi, aku mengangkat tanganku,”Paralyze bolt”. Harpie yang terluka itu terikat oleh cahaya dan jatuh ke tanah. “Cepat serang dia Marpaz!”. Marpaz mengangguk dan segera meloncat. Sesaat sebelum pedangnya menyentuh Harpie tersebut, aku melihat sesuatu seperti bola jatuh dengan cepat dan menimpa Marpaz. “BRUAK!!!”. Pedang Marpaz hanya mengenai sedikit sayapnya. Dan dengan cepat kedua teman Harpie itu membawanya terbang. Aku hanya bisa melihat mereka melarikan diri, karena ku tahu, aku tidak cukup cepat untuk mengejar mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar